This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 24 Oktober 2019

LEKAS SEMBUH INDONESIAKU


Kasus kebakaran hutan seolah menjadi agenda tahunan yang terus menerus terjadi kembali di Indonesia, sangat disayangkan ketika hutan-hutan ini terus di bakar namun tidak pernah menemukan titik terang dan dalang dari para pembakar hutan ini. Padahal hutan yang telah dibakar akan menjadi perkebunan sawit yang berarti jelas bahwa lahan itu dibakar dan digunakan untuk kepentingan kelompok. Lalu kenapa pemerintah hanya diam ketika perkebunan sawit ini mulai berdiri? mengapa pemerintah diam seolah olah tidak terjadi apa-apa?, apa karena sawit menjadi pemasukan devisa terbesar di Indonesia maka pemerintah menutup mata? Apa karena dibalik berdirinya perkebunan sawit ada peran pemerintah juga? Atau memang ada kepentingan para elite politik di situ? Tentu saja tidak ada yang bisa menjawab, karena hanya mereka yang berkuasa lah yang tahu.
            Kalau kita perhatikan kasus kebakaran hutan ini sudah terjadi sejak tahun 1997 dan tempatnya pun masih sama yaitu di pulau Sumatera dan Kalimantan, kedua pulau ini seolah-olah menjadi lahan empuk untuk para pengusaha sawit melebarkan sayapnya. Kalau kita perhatikan selalu ada tersangka dibalik pelaku pembakaran hutan tapi tidak pernah jelas hukuman yang didapat, bahkan para perusahaan sawit pun tetap bisa mendirikan usahanya dilahan-lahan yang pernah dibakar. Seharusnya pemerintah jangan hanya bergerak ketika api mulai menyala tapi juga harus bergerak sebelum api itu menyala, yang saya maksud adalah pemerintah harus mempunyai solusi agar kasus ini tidak terjadi terus menerus, sudah ratusan ribu bahkan jutaan hektar lahan hutan terbakar namun permasalahan ini tak kunjung menemui solusi yang pasti, mau sampai berapa juta hektar lagi yang terbakar sampai kasus ini bisa teratasi? Atau kasus ini akan selesai dan berhasil tidak ada api yang menyala lagi ketika hutan memang sudah benar-benar habis? Tentu saja ini harus menjadi perhatian khusus karena dampak dari kebakaran hutan ini juga sangat bahaya, banyak warga Sumatera dan Kalimantan yang terserang penyakit seperti ISPA, asma, penyakit paru, jantung, iritasi, tentu saja ini menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena nyawa mereka yang menjadi taruhannya, sudah banyak korban lalu mau sampai kapan kasus ini tidak bisa selesaikan?
            Dimana peran pemerintah dalam menangani kasus ini? Kalau kita perhatikan tahun 2014 bapak Jokowi berjanji akan menghentikan kasus kebakaran hutan bila beliau terpilih menjadi Presiden, namun janji tinggalah janji. Ternyata kebakaran hutan masih terjadi dan tidak ada solusi yang jelas yang diterbitkan oleh pemerintah.
Ketika kasus kebakaran hutan kembali muncul pada tahun 2019 rakyat kali ini tidak hanya diam, ribuan mahasiswa dari seluruh Indonesia turun kejalanan untuk menuntut persoalan kebakaran hutan agar bisa segera di atasi, bukan hanya kebakaran hutan yang menjadi sorotan, tetapi RKUHP, RUU PKS, RUU KPK, pun menjadi sorotan, tetapi kali ini saya hanya akan menyoroti persoalan kebakaran hutan dan RUU KPK. Kalau kita perhatikan RUU KPK sangat mengurangi kebebasan KPK dalam melakukan tugasnya memberantas korupsi, terlihat dari beberapa peraturan baru yang diterbitkan seperti.KPK yang tidak lagi menjadi lembaga independen, dibentuknya dewan pengawas sehingga ketika KPK mau melakukan penyidikan ataupun OTT harus melakukan izin terlebih dahulu dengan dewan pengawas. Pimpinan kpk harus berusia minimal 50 tahun, dalam proses menyelesaikan kasus kpk hanya diberi waktu 2 tahun bila lebih dari itu maka kasus harus dihentikan, pegawai KPK akan berstatus sebagai ASN (aparatur sipil negara) . tentu saja ini sangat menjadi tanda tanya besar dan membuat rakyat bertanya-tanya, ada apa sebenarnya dengan negeri ini, mengapa hutan yang di bakar tapi malah kpk yang dipadamkan, tanpa adanya revisi undang-undang KPK sebenarnya KPK dalam kondisi baik-baik saja, terbukti KPK banyak sekali membuka kasus-kasus korupsi dan melakukan operasi tangkap tangan kepada para elite politik yang berkuasa. Apakah karena banyaknya para elite politik yang tertangkap sehingga membuat para elite politik geram? Sehingga membuat para elite politik melemahkan kpk?
            Ditahun 2014 ketika kampanya bapak Jokowi juga berjanji agar memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya, namun janji tinggalah janji, ketika duduk menjadi presiden pak Jokowi seolah-olah lupa dengan janjinya, bahkan pak Jokowi juga menekan DPR RI agar segara menyelesaikan RUU KPK agar bisa segera disahkan, tentu saja ini semakin membuat rakyat geram, mengapa beliau mudah sekali melupakan janji-janjinya, apakah sesulit itu “memperkuat” kpk? Atau karena pak Jokowi menerima tekanan dari para partai politik sehingga membuat beliau harus mengkhianati janjinya sendiri?
            Beruntung mahasiswa tidak hanya diam, ribuan mahasiswa yang turun kejalan mulai tanggal 23 september 2019 menjadi bukti bahwa negara ini sedang tidak baik-baik saja, namun sangat disayangkan ketika mahasiswa turun kejalan tidak ada hasil pasti agar persoalan ini bisa di selesaikan, terbukti para elite politik menyerang mahasiswa dengan argumen-argumen mereka sehingga membuat seolah-olah mahasiswa yang salah. Para elite politik menuduh mahasiswa ditunggangi oleh kepentingan kelompok tertentu bahkan para elite politik menuduh bahwa mahasiswa yang turun kejalan ini karena mau menggagalkan pelantikan presiden Jokowi pada tanggal 20 oktober nanti. Padahal sama sekali tidak ada pembahasan turun menurunkan pak Jokowi apalagi menggagalkan pelantikan pak Jokowi. Para mahasiswa hanya menuntut agar pak jokowi segera menyelesaikan kasus tersebut, namun nyatanya mahasiswa tetap dimusuhi bahkan mulai di serang oleh para Polisi yang berjaga, mahasiswa di lempari gas air mata, mahasiswa di pukul bahkan mahasiswa disiram dengan water canon padahal yang seharusnya di siram adalah hutan-hutan yang sedang terbakar di Kalimantan dan Sumatera. Sungguh miris melihat negeri ini.
Kalau kita berfikir Polisi adalah rakyat, mahasiswa juga rakyat, lalu mahasiswa dan polisi diadu karena Polisi menjaga para pejabat yang terhormat di DPR RI agar mereka tetap bisa aman dan nyaman didalam sana, mereka diam dan tidak ada yang mau menghampiri mahasiswa dijalanan seolah-olah sedang tidak terjadi apa-apa. Apakah ini yang namanya negara demokrasi? Kritik tinggalah kritik, tuntuttan tinggalah tuntuttan. Negara demokrasi yang katanya dari, oleh dan untuk rakyat tapi kebijakannya sama sekali tidak pro terhadap rakyat, lalu rakyat mana yang mereka wakilkan? Ketika rakyat mulai resah dengan negara ini, ketika rakyat memberikan masukan terhadap negara namun hanya ditertawai oleh para anggota DPR RI seolah-olah mereka yang paling benar, mereka yang paling tahu, mereka yang paling pintar.
Indonesia yang katanya negara demokrasi dan diberikan kebebasan berpendapat serta kritik namun nyatanya larangan melakukan demo pernah diterbitkan pihak kepolisian, bukan hanya kepolisian namun kemenristekdikti juga menghimbau ke rektor universitas diseluruh Indonesia agar melarang mahasiswanya turun ke jalan, sangat lucu bila melihat ini, padahal kendatinya mahasiswa adalah mitra kritik pemerintah, hanya kepada mahasiswa lah rakyat kecil di Indonesia bisa percaya, hanya kepada mahasiswa lah rakyat kecil penuh dengan sebuah harapan agar negara ini bisa lekas baik-baik saja. Negara ini sudah seperti tidak butuh lagi yang namanya kritikan, bahkan negara ini seperti anti dengan yang namanya oposisi, sangat disayangkan hal ini sangat bertolak belakang dengan ideologi negara ini, sangat bertolak belakang dengan sistem demokrasi di negara ini, kalau memang tidak mau yang adanya kritikan maka lebih baik dirubah saja ideologi dan sistem demokrasi dinegara ini, karena untuk apa hal ini tetap dilaksanakan tetapi para pejabat negara membuta seolah-olah tidak peduli dan tidak mau mengetahui persoalan ini.
Hal ini terbukti bahwa ketika demo terus di jalankan mahasiswa tetap terus bergerak namun tuntuttan mahasiswa terhadap Presiden Jokowi untuk mengeluarkan perpu KPK tidak segera di indahkan, bahkan Presiden pun tidak mengeluarkan argument tentang perpu KPK, terakhir para partai politik koalisi pak Jokowi malah mencegah agar pak Jokowi tidak mengeluarkan perpu, tentu ini hal yang aneh dan menimbulkan tanda tanya besar, ada apa sebenarnya di balik RUU KPK ini, karena hanya kepada KPK lah rakyat bisa berharap, hanya kepada KPK lah rakyat percaya bahwa ada lembaga independen yang dengan berani membuka kebusukan pejabat negara.
Terlepas dari itu semua saya tetap banyak berharap dengan kepemimpinan pak Jokowi 5 tahun kedepan, saya mengatakan seperti ini karena bagaimanapun 5 tahun kedepan beliau akan tetap memimpin oleh karena itu kita tetap harus mendukung dan berharap, mungkin pak Jokowi 5 tahun kedepan akan berbeda dengan 5 tahun sebelumnya, dan kita sebagai rakyat bisa memulai sebuah perubahan terlebih dahulu, karena bangsa yang hebat lahir dari rakyat yang kuat, dari rakyat yang tetap peduli dengan bangsa ini, rakyat yang tetap kritis terhadap negeri ini, sambil berdoa ketika para generasi muda yang saat ini sedang berjuang melawan ketidak adilan ketika nanti tongkat estafet politik sudah sampai ditangan kita para generasi muda tidak lupa dengan kepentingan rakyat yang utama, kita tetap harus ingat bahwa banyak rakyat kecil yang berharap penuh terhadap kita, banyak rakyat kecil yang selalu mensisipkan doa dan harapan kepada kita, karena mereka yakin para generasi muda inilah yang nantinya bisa merubah keadaan negara ini, bahwa ditangan generasi muda saat ini lah negara ini bisa bangkit, mengapa tidak berharap terhadap dengan  para pejabat yang sekarang sedang menjabat? Saya rasa rakyat kecil sudah cukup sakit hati dengan para pejabat negara saat ini, karena mereka merasa dikhianati.namun nyatanya semua hanyalah janji semata. Kedepan siapapun pemimpinnya, siapapun yang mewakili rakyat di gedung DPR yang terhomat dapat memperbaiki negara ini, dapat mengutamakan rakyat atas kepentingan apapun, tentu saja saya masih berharap, karena mau tidak mau mereka lah yang akan memimpin dan menjadi perwakilan kita nanti, semua sudah terjadi, tidak perlu disesali, yang terpenting tetap awasi dan berdoa, dan para mahasiswa tetaplah menjadi mitra kritik pemerintah apapun resikonya, dan bila kita nanti berkuasa satu hal yang harus di ingat, kita terlahir dari rakyat maka jiwa dan raga kita harus di korbankan untuk rakyat, apapun resikonya rakyat adalah yang utama, rakyat lah yang harus lebih dahulu tersenyum baru pejabat negara.
Sekian pandangan saya terhadap negara Indonesia yang tercinta ini, saya harap situasi ini akan segera berakhir, dan saya sebagai penulis juga berdoa agar tidak di culik oleh pemerintah yang geram dengan opini saya ini, saya yakin bahwa kebebasan berpendapat di negara ini masih di utamakan, sekalipun nyatanya tidak, tapi yang terpenting saya siap dengan segala resikonya karena memang ini lah pandangan saya terhadap negara tercinta ini.
Saya ucapkan terimakasih terhadap ibu Widhihatmini karena membuat saya telah menulis dan izinkan saya untuk menguploud opini saya ini diblog pribadi saya, terimakasih.